Halaman

Kisah Si Penambal Jalan Sukarela.

Tergerak Setelah Anak Meninggal Akibat Jalan Berlubang

Jalan berlubang selama ini memang menjadi momok bagi para pengguna kendaraan bermotor. Hal itu juga berlaku di Kabupaten Nganjuk, yang notabene infrastruktur jalan di daerah berjuluk kota angin tersebut sangat memprihatinkan. Ironisnya, tidak sedikit nyawa pengendara terbuang sia-sia akibat terperosok jalan berlubang.

Kondisi seperti itulah yang menggerakkan hati nurani Pak Kencong, warga Dusun Gambirejo Kelurahan Warujayeng Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk, melakukan perbuatan yang sangat mulia. Bayangkan saja, bapak ini rela memperbaiki jalan berlubang secara sukarela tanpa mengharap adanya imbalan sedikitpun. Hanya ada satu harapan yang diinginkannya, yakni tidak ada pengendara yang celaka akibat kerusakan jalan.

Lantas apa sebenarnya yang menggerakkan langkah dan menjadi motivasinya? Ternyata ada masa lalu yang sangat kelam dialami oleh Pak Kencong ini. Dengan raut muka sedih dia menyampaikan jika anak pertamanya meninggal setahun lalu akibat jatuh dari motor yang terperosok jalan berlubang. “Setahun lalu anak saya meninggal karena terperosok jalan ketika mengendarai motor,” ujarnya dengan menahan air mata.

Hari demi hari dia jalani dengan mengamati kondisi jalan yang dilalui. Bermodal motor buntut Pak kencong berkeliling sepanjang jalan penghubung wilayah Baron menuju Prambon. “Saya datangi jalan-jalan berlubang yang banyak terdapat di jalur ini,” imbuhnya.

Hanya menggunakan cangkul dan sebuah timba, dia menambal jalan dengan bahan tanah yang berada di pinggir jalan. Bahkan dia tak segan mengambil kerikil untuk menambal lubang di jalan agar lebih padat dan tidak membahayakan pengendara bermotor.

Tak ayal warga sekitar pun banyak yang menaruh simpati saat melihat aksinya. Banyak yang memberikan bantuan berupa makanan, minuman, maupun uang secara sukarela. “Warga memberikan ini seadanya sebagai wujud simpati dan apresiasi terhadap Pak Kencong yang rela melakukan ini tanpa pamrih,” tutur Kusratin, warga setempat.

Bagi Pak Kencong setiap melakukan hal ini dia terbayang-bayang Adi, yang merupakan anak pertamanya. Seolah seperti memiliki penyesalan dan trauma yang mendalam, dia tak mau membiarkan ada kerusakan pada jalan dengan harapan tidak ada yang memiliki nasib seperti anaknya. “Saya melakukan kegiatan seperti ini sejak Adi, anak pertama saya meninggal karena kecelakaan tunggal di jalur ini,” jelasnya.

Pak Kencong menaruh harapan besar kepada pemerintah daerah setempat agar infrastruktur jalan menjadi perhatian yang lebih serius lagi. Dia juga menghimbau kepada para orang tua agar memberikan pengawasan yang lebih kepada anaknya, terutama memberikan pemahaman untuk lebih berhati-hati saat berkendara. Terlebih dalam kondisi hujan atau melewati jalur dengan kerusakan jalan yang parah supaya tidak kebut-kebutan.

Sumber: koranmemo.com

YANG LAINNYA